15 Februari 2025
Instagram terus berinovasi untuk memberikan pengalaman yang lebih aman dan nyaman bagi penggunanya, terutama bagi remaja. Baru-baru ini, platform media sosial populer ini mengungkapkan serangkaian fitur khusus yang membedakan akun remaja dari akun biasa. Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan, privasi, dan kesejahteraan pengguna muda di dunia maya.
Fitur Utama Akun Remaja
Berikut adalah beberapa perbedaan utama yang dimiliki akun remaja di Instagram:
- Pengaturan Privasi Default
Saat remaja membuat akun baru, Instagram secara otomatis mengatur akun mereka menjadi private. Dengan pengaturan ini, hanya pengikut yang disetujui yang dapat melihat unggahan dan cerita mereka. Langkah ini bertujuan untuk melindungi remaja dari interaksi yang tidak diinginkan. - Pembatasan Pesan Langsung (DM)
Instagram membatasi siapa saja yang bisa mengirim pesan langsung kepada akun remaja. Hanya pengguna yang saling mengikuti yang dapat berkomunikasi melalui DM. Hal ini mencegah interaksi dengan orang asing yang tidak dikenal. - Notifikasi dan Pengingat Waktu Layar
Akun remaja dilengkapi dengan pengingat waktu layar yang membantu mereka membatasi durasi penggunaan aplikasi. Selain itu, Instagram mengurangi jumlah notifikasi yang dikirim pada malam hari untuk membantu remaja mendapatkan waktu istirahat yang cukup. - Fitur Keamanan dan Kontrol Konten
Instagram juga memperkenalkan fitur “Sensitive Content Control” yang lebih ketat pada akun remaja. Fitur ini memblokir atau membatasi konten sensitif yang mungkin tidak sesuai untuk usia mereka. - Perlindungan dari Interaksi Negatif
Akun remaja dilengkapi dengan perlindungan tambahan terhadap komentar negatif. Instagram menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi dan memblokir komentar yang mengandung ujaran kebencian, intimidasi, atau pelecehan.
Apa yang Membuat Langkah Ini Penting?
Langkah-langkah ini diambil oleh Instagram untuk menjawab kekhawatiran yang terus meningkat tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental dan privasi anak muda. Berdasarkan laporan internal dan survei pengguna, remaja adalah kelompok yang paling rentan terhadap cyberbullying, tekanan sosial, dan kecanduan media sosial.
“Tujuan kami adalah menciptakan ruang yang aman dan mendukung bagi remaja untuk berekspresi, tanpa harus khawatir tentang privasi atau konten negatif,” kata Adam Mosseri, Kepala Instagram, dalam pernyataan resminya.
Perbedaan dengan Akun Biasa
Sementara akun biasa memiliki lebih banyak kebebasan dalam mengelola privasi, akun remaja secara otomatis diarahkan ke pengaturan yang lebih ketat. Selain itu, pengguna biasa tidak memiliki fitur pengingat waktu layar yang khusus dirancang untuk membantu keseimbangan digital.
Namun, pengguna biasa tetap dapat mengaktifkan beberapa fitur seperti private account atau content control, meski tidak disertakan secara default seperti pada akun remaja.
Reaksi Publik
Fitur khusus untuk akun remaja ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk orang tua dan ahli psikologi. “Ini adalah langkah penting untuk melindungi remaja di era digital. Media sosial memiliki dampak besar pada kesehatan mental mereka, sehingga pengaturan seperti ini sangat diperlukan,” ujar Dr. Lina Wijaya, seorang psikolog anak dan remaja.
Namun, tidak sedikit pula yang menganggap bahwa langkah ini belum cukup. Beberapa aktivis digital menyoroti pentingnya edukasi tentang literasi digital, yang menurut mereka lebih efektif untuk membantu remaja memahami risiko dunia maya.
Langkah Selanjutnya dari Instagram
Instagram menyatakan bahwa mereka akan terus memantau dampak dari fitur-fitur ini dan mengembangkan inovasi lainnya untuk mendukung keamanan pengguna muda. Selain itu, perusahaan induk Meta berencana menerapkan kebijakan serupa di platform mereka lainnya, seperti Facebook dan Threads.
Kesimpulan
Perbedaan akun remaja dan akun biasa di Instagram menunjukkan komitmen platform ini untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan mendukung bagi pengguna muda. Dengan pengaturan privasi otomatis, pembatasan interaksi, dan kontrol konten yang lebih ketat, remaja dapat menjelajahi media sosial dengan rasa aman.
Namun, peran orang tua dan pendidikan literasi digital tetap menjadi kunci dalam membantu remaja memanfaatkan teknologi secara sehat dan bertanggung jawab. Dengan kolaborasi antara platform teknologi, keluarga, dan komunitas, risiko penggunaan media sosial pada remaja dapat ditekan secara signifikan.